Vampire bats are known as blood suckers of wildlife, livestock or human blood. The new study found that the saliva (spit) from vampire bats can help thin the blood and helps stroke patients. The study found the vampire bat saliva contains enzymes DSPA (desmoteplase). This enzyme function that helps thin the blood sacrifice of blood flow more freely.Can also be used to break up blood clots in the brain that can cause a person having a stroke. Most of the strokes that occur in society are caused by blood clots that obstruct blood vessels in the brain or stroke istemik. This condition will impede blood flow and oxygen that can cause tissue death. If not immediately treated could cause lasting effects such as paralysis, impaired speech and decreased cognitive abilities.
In the process of handling a stroke, time plays an important role to reduce the risk of brain damage that may occur. The sooner treated the greater the chance for recovery. Here, the role of DSPA contained in the bats saliva. In the journal Stroke: Journal of the American Heart Association, researchers found that DSPA might not only be able to work well, but also helps patients to wait longer to seek treatment.
In this study, Robert L Medcalf of the Monash University in Australia DSPA injected into rat brains. DSPA is known to attack fibrin but does not cause brain damage. The scientists showed that DSPA can be given up to 9 hours after a person has a stroke without the side effects.
DSPA was first discovered in 2003 and the first human study on the complex done in 2006 by researchers from Ohio State University Medical Center. It was found that the drug is safe and well tolerated by patients. Current study aimed to determine whether this drug has clinical benefit for stroke patients.
"We want to offer another option for patients when they suffered a stroke. Because the longer they go for help, then the fewer options available because of the damage was done in the brain, "said Dr. Michel Torbey from Ohio State, as quoted from Healthland.TIME, Wednesday (05/11/2011)DSPA ini juga bisa digunakan untuk memecah gumpalan darah di otak yang bisa menyebabkan seseorang mengalami stroke. Sebagian besar stroke yang terjadi di masyarakat disebabkan oleh pembekuan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak atau stroke istemik. Kondisi ini akan menghalangi aliran darah dan oksigen sehingga bisa mengakibatkan kematian jaringan. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan efek yang abadi seperti kelumpuhan, gangguan bicara dan penurunan kemampuan kognitif.
Pada proses penanganan stroke, waktu memainkan peran yang penting untuk mengurangi risiko kerusakan otak yang mungkin terjadi. Makin cepat ditangani makin besar peluang untuk sembuhnya. Disinilah peran dari DSPA yang terkandung dalam air liur kelelawar tersebut. Dalam jurnal Stroke: Journal of the American Heart Association peneliti menemukan bahwa DSPA mungkin tidak hanya bisa bekerja dengan baik, tapi juga membantu pasien menunggu waktu lebih lama untuk mencari pengobatan.
Dalam studi ini Robert L Medcalf dari Monash University di Australia menyuntikkan DSPA ke otak tikus. Diketahui DSPA ini menyerang fibrin tapi tidak menyebabkan kerusakan otak. Para ilmuwan menunjukkan bahwa DSPA bisa diberikan hingga 9 jam setelah seseorang terkena stroke tanpa efek samping.
DSPA pertama kali ditemukan tahun 2003 dan studi pada manusia pertama yang kompleks dilakukan tahun 2006 oleh peneliti dari Ohio State University Medical Center. Didapatkan bahwa obat tersebut aman dan ditoleransi dengan baik oleh pasien. Saat ini studi ditujukan untuk menentukan apakah obat ini memiliki manfaat klinis untuk pasien stroke.
“Kami ingin menawarkan pilihan lain untuk pasien ketika mereka terkena stroke. Karena semakin lama mereka mencari bantuan, maka pilihan yang tersedia semakin sedikit karena kerusakan sudah terjadi di otak,” ujar Dr Michel Torbey dari Ohio State, seperti dikutip dari Healthland.TIME, Rabu (11/5/2011)
No comments:
Post a Comment